This is the story :)
Wuidii... judulnya berat banget, berasa lebay deyh. ha..ha..
Gini konsepnya : esensi kapitalisme itu, siapa yang punya duit dia yang akan merasakan kenyamanan lebih kan ya.. (definisi Bunda yang ga ada rujukan dari mana-mana. .he..he..).
Nah, begitu juga omprengan. Mostly, omprengan men-setting jumlah total penumpangnya ada 12 orang.
2 orang di depan
4 orang di kursi tengah
6 orang kursi belakang (kursi yang menghadap menyamping).
Masing-masing tarifnya Rp. 13.000
Tapi kalo mau nyaman, misalkan di depan sendiri, maka dia harus merogoh koceknya Rp. 13.000 x 2 orang (karena dia menduduki seat untuk 2 orang).
kalo mau irit, ya ambil seat belakang aja selalu, Rp. 13.000 per orang, dengan rasa toleransi yang besar karena duduknya dempeeetttt banget. sekali duduk susah untuk gerak-gerak / ubah posisi.
Nah... jadi, rumus siapa yang berduit dia yang mendapat kenyamanan, berlaku di omprengan. Beda hal nya dengan bus. Mau duduk di deket jendela, deket gang, berdiri, tarifnya semua sama.
So, mana yang adil kalo gitu? he..he..
Tulisan setelah pagi ini kali pertama duduk di seat depan mobil omprengan sendiri, dengan tarif 2x lipat dari biasa. ha..ha..ha.. Dan kemudian Abi mengusulkan untuk besok naik busway (hadewwww).
No comments:
Post a Comment