Monday 6 September 2010

Kue Moskovich

This is the story :)

SUBHANALLAH ... Amazing sekali melihat perkembangan Azka, baik dari sisi kecerdasan, fisik, emosional, dan mungkin spiritualnya.

Di usia menjelang dua tahun ini, Azka semakin meng-eksplore sekelilingnya. Kadang membuat kami ketawa geli, berdecak kagum, ngeri atau was was, bahkan mungkin pernah 'kesel' karena dibilangin teteup ga mempan. Hm... mustinya ga boleh kesel siyh. he..he.. Alla Kulli Hal, kami menghindari omelan, ancaman, bohong, dan pernyataan negatif lain ke Azka. Karena apa,,,? Karena ini :

1. Anak adalah titipan ALLAH, dan kita tidak boleh menyakiti dia apapun bentuknya.
2. Anak usia 0 - 7 tahun, yang baru berkembang adalah batang otak. Di mana sifat bagian otak ini seperti reptil. Kalau ga mamatok / menyerang, maka ia akan ngumpet. Otak besar untuk mengolah kecerdasan baru berkembang di usia 7 tahunan. Jadi... anak usia 0 - 7 tahun emang ga bisa dimarahi. Karena dia ga ngerti bahaya / tidak. salah / benar. Dia hanya meng-eksplore sekelilingnya. (source : kajian muslimah Indosat, oleh Bu Elly Risman, tentang Good Parenting)

Jadi solusinya adalah.... ya membimbing dan membimbing terus anak usia di bawah 7 tahun itu. Tidak mungkin sekali omongan langsung jadi, tapi harus terus menerus, setiap hari, dan tentunya dengan kesabaran, pelan-pelan. Bunda jadi inget tulisannya Neno Warisman di bukunya 'Mentari Odi bersinar karena Maghfi'. Di buku tersebut Beliau menuturkan, mendidik anak ibarat memanggang kue moskovich (sstt... Bunda juga belum tau bentuk kue ini kaya apa. he..he.. Bunda gugling, yangmuncuul ada kue cupcake, brownies gitu. Hm... sementara ini, kita anggap kue moskovich ini kaya brownis ya. ha..ha..). Musti dengan api kecil, sabar, pelan-pelan, dan lama untuk hasil terbaik. Maksud hasil terbaik adalah agar kue itu matang sampai bagian dalamnya. Tidakboleh dengan api besar, karena yang ada hanyalah hangus di luar, tapi tidak matang di dalam.

Mungkin kalau boleh Bunda mencontoh pada pengalaman Bunda (tanpa mau mendeskreditkan ini salah siapa) ... Bunda diajarkan shalat dari SD (karena Bunda dari SD sampai SMU di sekolah Islam). Cuma... kesadaran akan pentingnya shalat buat pribadi Bunda, dan kebutuhan Bunda membaca Al Quran baru Bunda rasakan setelah dewasa. Mungkin saat di bangku kuliah. Well, SMU insyaALLAH shalatnya udah ga bolong-bolong, tapi itu sekedar menggugurkan kewajiban aja).

Kok bisa gitu ya...??

Hm.. kalau Bunda analisa, dari kecil, bunda ga ditanamkan kecintaan untuk shalat. Pokoknya taunya harus shalat, agar agenda catatan shalatnya terlihat 'bagus', alias ga ada yang blank shalat. Trus ngaji... hm... mohon maaf ya, tanpa mengurangi rasa hormat, yang melalui Beliau Bunda jadi bisa baca Al Quran, Bunda ga ditanamkan kecintaan sama Al Quran. Jadi, ngajinya cuma menggugurkan kewajiban karena disuruh sama orang tua Bunda yang kerja, dan supaya di sekolah pelajaran Al Quran-nya dapet nilai bagus. Trus, ga tau kenapa deyh... guru jaman dulu kok senengnya nakut-nakutin siyh... Kalo ga ini nanti begini, kalau ga gitu nanti begitu. Jadi males kan ngedengernya...

Nah, belajar dari itu semua, insyaALLAH Bunda akan memperbaikin pola didik atau pola asuh ke Azka. Semoga dengan begitu, Azka menjadi muslim yang taat sama ALLAH, tangguh, mandiri, loveable, cerdas, percaya diri, dan berempati sama lingkungan.

ALLAHUMMA Amien...

Meja kerja Bunda,
6 september 2010
9.49

No comments:

Powered By Blogger