Tuesday 27 September 2011

Melow Day

This is the story :)

Barusan Bunda nangis. Nnagis karena kangen Azka. Tadi malem Bunda dan Abi pulang malem, dan Azka udah bobo. 

Selain nangis ini, juga karena satu kelemahan Bunda yang masih perlu dilatih berkali-kali. Yaitu kepercayaan diri Bunda.

Jadi gini... Bunda di-assign oleh manager Bunda untuk suatu tugas. Biasanya tugas itu dilakukan oleh dept lain.Nah, Bunda lakukan sebisanya apa yang bisa Bunda lakukan. Dan yang dari dept lain pun terbantu dengan sangat, karena loads-nya pun sedang over. Tapi... Bunda rada heran juga, atasan Bunda menanyakan lagi, kok yang mengerjakan tugas itu Bunda, bukannya oleh dept lain itu? Wah, kalau udah gini, Bunda khawatir aja kalo kesannya Bunda 'nyerobot' kerjaan orang. Sungguh, ga maksud untuk itu, apalagi melanggar wewenang. Nggak.

Ahh sudahlah.. Bunda udah lega nulis ini. Dan Bunda pun udah cerita sama Abi tentang hal ini. InsyaALLAH Abi setuju, selama ada assignment ya dikerjakan.

Bismillaahirrahmaanirrahiim. Dan Bunda bersyukur ALLAH memberikan cukup kemudahan untuk Bunda melaksanakan tugas tersebut. Moga ini menjadi baik dan berkah untuk semuanya ya.

Amien

Monday 19 September 2011

Mendingan Buat Beli Beras

This is the story :)

Selepas Maghrib, kami berkumpul di ruang tengah. Ada Akung lagi duduk dengan bantal pijatnya, Uti sedang membereskan kuitansi pembayarantetek-bengek rumah, Azka lagi main, Tante Arie lagi wira-wiri ngeberesin keperluannya dinas ke Bogor, Rusyda yang juga sedang ngelihatin Azka main. Bunda di dekat Azka, duduk lesehan bersandar ke tembok sambil membaca buku barunya Tante Arie : Sahabat ... Salam Indonesia Bunga Rampai SMS Dr. Darwin Zahedy Saleh (2008 - 2011).

Bunda : De, bukunya gue baca duluan deh. Gue lagi ga ada bacaan nih, buat baca di motordaripada gue ngantuk.

Tante Arie : No respon

Akung : Itu loh... Prabowo nulis buku, terus terbit lagi bukunya Wiranto, terus ada lagi ga balasannya?
(Note : Akung emang kelihatan suka denan buku-buku yang beraroma politik / sejarah yang seperti ini).

Bunda : Yah Pak... Buku kaya begitu mah pusing doang, mendingan beli novel Pak. Novel klasik Jane Austen masih lebih bagus.

Uti (nyeletuk dengan asiknya) : Mendingan juga beli beras. Tuh beras abis tuh.

Bunda : Ha..ha.. Berarti profit aku jualan lulur buat beli beras dunk Bu.

Ya ampyuuunnn... emang common banget sih tipe ibu-ibu kaya Uti ini. Lebih prioritas dapur ngepul. Eh,  bukannya Bunda ga mentingin dapur ngepul lho... Tapi maksudnya, harusnya dapur dan 'bacaan' bisa in line derajatnya. Keduanya sama penting.Kalau Uti sih, dapur dan fashion yang inline. Tipe orang emang beda-beda ya :)

Merefleksi reaksi Uti yang kaya tadi, Bunda jadi ga heran kalau minat bangsa ini terhadap bacaan atau buku belumlah setinggi bangsa lain yang maju, apalagi sesuai dengan standar tuntunan islam.Dalam islam, membaca, dalam konteks membaca aksara atau mengamati alam, menjadi wahuy pertama surat Al Quran. membaca, seperti dua sisi mata uang dengan menulis. Dan di Al Quran pun Al 'Alaq mempunyai tandem, yaitu surat Al Qalam.

kalau bicara literatur islam, SUBHANALLLAH... merinding. Ambil aja satu contoh. Tafsir Fi Zhilalil Quran yang ditulis Sayyid Qutb. Cetakan sekarang ada 13 jilid, dan masing-masing jilid ada 630 an - 920 an halaman. SUBHANALLAH....Beliau menuliskan dalam jangka waktu sepuluh tahun selama di penjara sebelum akhirnya bertemu syahid di tiang gantungan.

Kalau menulis buku itu, mungkin analoginya seperti air yang dituang dari poci. Kalau mau menuang 100 ml, poci itu musti memiliki (minimal banget) 100 ml. Itu belum termausk adhesi-mya titik-titik air yang nempel di dinding poci, let's say 1 ml lah. Nah... bayangkan, apabila seorang Sayyid Qutb bisa menulis 13 jilid, dengan rata-rata 600 - 900 halaman, bagaimana dengan kedalaman ilmunya?

Itu Sayyid Qutb lho, hamba ALLAH yang shaleh...Bayangkan lagi, bagaimana kedalaman ilmu yang terkandung dalam Al Quran dan yang 'dijembreng'kan ALLAH di alam semesta ini, No words can describe it. 
QS Luqman (31) : 27
Dan seandainya seluruh pohon yang ada di bumi berubah menjadi pena, dan seluruh air laut yang sangat banyak itu menjadi tinta untuk digunakan untuk menuliskan ilmu Allah (kalimt), niscaya pena-pena itu akan rusak dan air laut itu akan habis sebelum habisnya ilmu Allah. Karena Allah Mahaperkasa, tidak ada sesuatu pun yang dapat mengalahkan-Nya; Mahabijaksana, tidak ada sesuatu pun yang keluar dari ilmu dan hikmah-Nya. Maka ilmu dan hikmah- Nya tidak akan ada habisnya. 
Inget juga lirik nasheed nya Gradasi :
How great our Lord creates it
Words can never can describe it
....
See... Jadi bagaimana kita mau belajar ilmu-ilmu ALLAH untuk lebih cinta padaNya, kalau disebut 'kunci' nya aja, yaitu membaca, kalah dengan urusan beras?

MK C3 - C4

Ada Prosesnya

This is the story :)

Pagi ini, ALHAMDULILLAH Bunda berkesmpatan membca artikel di bawah ini. Terus, langsung Bunda merasa nyess, karena yang disampaikan di artikel ini juga pernah dibahas di komunitas menulis Bunda.

Memang, akhir-akhir di Indonesia ini banyak bermunculan penulis-penulis baru. Bahkan banyak pula penulis-penulis yang produktifitasnya sangat tinggi. Tapi, melihat jenis produknya sedemikian tadi, ada rasa miris melihatnya. Ternyata fenomena banyaknya muncul penulis baru, tidak serta merta membawa angin segar kemajuan dunia literasi di Indonesia. Ya, karena ternyata banyak penulis yang tidak tahu bidang apa yang seharusnya ia tulis.

Ini kutipan lainnya ...
Background penulis harus diperhatikan oleh seorang penulis ketika akan menulis. Karena kualitas bobot dari tulisannya apakah bisa dipertanggung jawabkan atau tidak, itu berasal dari sejauh mana penulis menggelutinya. Jika tidak intens menggelutinya dan dengan mudahnya ditulis begitu saja, tentu akan sangat membahayakan pembacanya.

Artikel lengkap dengan judul 'Penulis dan Tulisannya' yang ditulis R.W. Dodo (Direktur Literary Agency Mata Pena Writer) ada di sini.

Untuk sementara ini, Bunda lagi ga kepengen comment. Bunda hanya ingin bersyukur bahwa ALLAH memberikan Bunda suatu 'bacaan' yang membuat Bunda semakin percaya bahwa sesuatu itu harus mengikuti prosesnya. Ga bisa instan. Dan yang lebih cihuyyy, ALLAH memberikan nilai untuk proses yang kita lakukan, bukan untuk hasil yang kita (insyaALAH) akan raih,

ALHAMDULILLAH...

MK C3 - C4

Friday 16 September 2011

What If Wrong and The Other What

This is the story :)


What if...
I quit my job and start the job I love?


What if ...
The bread only comes from a winner.


What if...
There is no more Azka's crankies in every morning I go to the office.


What if...
I keep asking myself whether I am ready or not, to deal with every household things.


What's wrong ...

With my envious of seeing several office mates who signed out this year.


What's wrong ...
My 'weak' calculation tells me that my family still needs the numbers I earned.


What a gorgeous thing if I play my current role and thank God for every happiness and blessed HE bestowed us.


Thursday 15 September 2011

Ibu Bekerja (Ngantor di Luar Rumah) Itu Kesalahan?

This is the story :)

Semalam di kamar Uti yang sejuk, sambil nemenin Azka dan Rusyda bermain, Bunda dan Tante Arie terlibat diskusi yang tidak berimbang. Maksudnya ... banyakan Tante Arie yang ngomong, sedangkan Bunda mendengarkan. Ini dia isi diskusi antara Bunda (B) dan Tante Arie (A)

A : Gue sebel deh, kalo gue udah pulang, terus Mba Diah masih handle Rusyda. Gue tuh maunya kalo gue di rumah, semua urusan Rusyda gue handle sendiri. Bikin susu, pipis, maen, apapun.

B : Ya... Mba Diah kasian kali sama lo. Baru pulang kerja, cape, udah digerecokin Rusyda. Mungkin Mba Diah pengenkasih loe waktu untuk mandi dulu, shalat, makan, kalo udah rapi baru deh lo handle Rusyda.

A : Gue sih ga masalah dengan gue cape karena pulang kerja. Gue rela berepot-repot untuk Rusyda. Apalagi yang bisa gue bayar untuk dia. Bekerja di luar aja udah kesalahan. nah, apalagi kalau waktu gue hanya sedikit yang dihabiskan untuk Rusyda? Gue takut Rusyda lebih milih Mba Diah daripada gue.

B (dalam pikiran n hati)  : hm... gue sih ga papa Azka dihandle sama yang lain dulu selama gue 'membereskan' diri gue. Kok mikirnya sebegitunya yah?

B : Ya nggak lah. Azka juga kalo gue pulang langsung gelendotin gue. Langsung ga mau sama siapa-siapa. Padahal seharian maen sama nyokap n Mba Upi.

A : Ya itu kan Azka.

A : Terus gue juga paling sebel kalo misalkan anak ga mau pake baju, ga mau makan, terus mba nya yang ngalokin. Sini, sama mba aja. Tugas ibu tuh ngurusin anak, pake baju, makan, sampe bener-bener beres.

B (salam pikiran n hati) : oh gitu ya. ha..ha.. Gue santai dunk. kalo Azka ga mau gue suapin atau dipakein baju, terus mempan sama Mba Upi, ya udah... yang penting goalnya tercapai : dia makan, baju kepake.

B : Hm...

Kemudian diskusi berhenti karena Azka mulai rewel dengan mainan sajadah Uti yang dibuat menjadi jalanan mobil. Hm.. kayanya Azka udah ngantuk. Dan diskusi pun tidak menghasilkan suatu komitmen baru untuk Bunda. he..he..

Malamnya, Bunda share diskusi ini ke Abi. Tanggapan Abi (Bunda ga bilang Abi atau Bunda bener, tapi Bunda sepaham dengan pemikiran Abi).Ini tanggapannya ,,,

Bekerja di luar aja udah kesalahan. nah, apalagi kalau waktu gue hanya sedikit yang dihabiskan untuk anak?
Jadi Uti dulu bekerja itu kesalahan?
Kalau ga berkeja gimana, kalau ga bisa kuliah, lebih kesalahan juga atau ngga?

Terus gue juga paling sebel kalo misalkan anak ga mau pake baju, ga mau makan, terus mba nya yang ngalokin. Sini, sama mba aja. Tugas ibu tuh ngurusin anak, pake baju, makan, sampe bener-bener beres.

Abi : Ga bisa gitu. Anak ga bisa dikekang dia maunya apa. Kalau suatu waktu dia lagi mau sama orang lain yang bukan ibunya, ya biarkan saja.

Bunda : Iya ya Bi... toh tetep aja kok posisi kita sebagai ibu ga tergantikan. Azka tetep aja gelendotan cari aku. Biarpun Ibuku dulu kerja, rasa respect aku dan posisinya sebagai Ibu juga ga tergantikan kok, sama orang lain.

Abi : Yah.. pikiran orang beda-beda sih ya. Mungkin Arie sangat idealis.

Bunda : Iya.. kalo kita nyantai ya Bi. he..he..

So, lagi-lagi, jangan membuat sulit posisi 'ibu yang bekerja' ya. Semuanya ada porsi dan kepentingan masing-masing. Menjadi ibu rumah tangga adalah dambaan pekerjaan setiap ibu pastinya. Namun, suami - istri yang menyepakati istrinya untuk juga menjadi 'bread winner' tetaplah hal yang musti dihargai.

Ya ALLAH... kami mohon ridhoMu untuk apa yang kami (para istri) kerjakan untuk keluarga (suami dan anak) kami Ya ALLAH. Amien.Ya Robbal Alamiin.

MK C3-C4


Wednesday 14 September 2011

Bidadari-Bidadari Surga by Tere Liye

This is the story :)

 Bunda coba re-tell ya... tentunya dengan versi dan sudut pandang Bunda.

Bidadari-Bidadari Surga (kita singkat BBS ya...) menceritakan perjalanan hidup keluarga Mamak Lanuri. Tokoh yang ditonjolkan dan yang dijadikan BBS di sini adalah Kal Laisa.

Mamak Lanuri tinggal di lembah Lahambay. Ia menikah pertama kali dengan duda beranak satu usia enam bulan. Usianya waktu pertama menikah adalah 16 tahun. Duda itu diceritakan sebagai suami yang tidak bertanggung jawab. Kerjanya hanya mabuk, dan berjudi. Harta peninggalan keluarga Mamak Lanuri yang banyak itupun habis untuk digadaikan karena kebiasaan judinya. Istri pertama dari duda itu juga meninggal karena ulahnya.

Bayi bawaan duda itu bernama Laisa. Usianya enam bulan. Mamak Lanuri sayang sekali padanya, merawat bagai anak sendiri. Saat Laisa usianya dua tahun, duda itu meninggalkan Mamak dan Laisa. Mamak terus bertahan hidup, mengasuh Laisa, hingga tiga tahun kemudian, saat Laisa berusia sekitar enam tahun, Mamak menikah lagi.

Mamak Lanuri kemudian menikah lagi dengan Babak. Keluarga ini dikaruniai empat orang anak : Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta (btw, namanya kok panjang panjang yah. he..he..). Mereka hidup dalam kesederhanaan di Lembah Lahambay.

Keluarga ini dibesarkan dalam culture yang sangat baik : taat pada ALLAH (termasuk di dalamnya bersyukur, tidak mengeluh, sabar), suka bekerja keras, pantang mencuri, ringan tangan menolong sesama.

Saat Mamak sedang hamil anak keempat (yashinta), Babak Meninggal diterkam harimau di Gunung Kandeng. Sejak saat itu Mamak semakin bekerja keras memghidupi keluarganya, termasuk untuk menyekolahkan anak-anaknya. Sampai pada suatu waktu, Saat Laisa berumur sebelas tahun (kelas empat), Laisa meminta pada Mamak untuk berhenti sekolah. Hal itu dilakukan agar Dalimunte yang usianya tujuh tahun bisa masuk sekolah. Begitu pun dengan ketiga adiknya yang lain. Laisa sadar bahwa mamaknya tidak punya cukup uang untuk menyekolahkan mereka berlima. Dan karenanya Laisa mengalah dan memutuskan membantu Mamak.

Note : Hm... in the real world beneran ada ga sih... anak sebelas tahun udah bisa ngalah seperti ini dan berfikir dewasa kaya gini? Subhanallah... 2 thumbs up untuk yang mendidiknya.

Selanjutnya cerita mengalir dengan penggambaran keseharian hidup mereka. Buanyyaakk banget ceritanya. Ada jadwal rutin Mamak yang bangun pagi sekali, merebus gula aren, dan seterusnya, ada Dalimunte yang udah hobi bikin eksperimen kincir air untuk irigasi, ada Ikanuri dan Wibisana yang badung yang suka kabur bolos sekolah, ada Yashinta yang senang sekali tiap diajak jalan-jalan Laisa ke hutan.

Waktu berjalan, dengan kedisiplinan (mungkin tepatnya galak kali yah..) Laisa mendidik adik-adiknya menyelesaikan sekolah, semua adik-adiknya sukses menamatkan sekolah. Bahkan Dalimunte sudah meraih gelar Doktor dan Profesor, Yashinta lulus gelar master di Belanda, Ikanuri dan Wibisana (yang passion nya ngutak-ngatik mesin mobil) 'terpaksa' lulus S1 juga.

Oh ya... sebelum lupa. Bunda cerita dulu profil nya Laisa ini. Dia perempuan pekerja keras. Dia sangat dekat dengan alam. Dia sangat menyayangi adik-adiknya, bahkan rela berkorban untuk adik-adiknya. Perawakan tubuhnya tidak tinggi, agak gemuk, kulit gelap. Atau kalau dideskripsikan secara umum, Laisa bukan termasuk perempuan cantik (cantik dengan kriteria kulit putih, hidung bangir, rambut panjang, tinggi semampai, bisa meringkik.eh maaf, abis Bunda suka sebel sama stereotype perempuan cantik dengan definisi yang disebuttkan tadi.)

Saat semua adik-adiknya sudah mapan, Laisa pun sudah menunjukan eksistensi diri dan kesuksesannya di Lembah Lahambay itu. Kebun strawberry nya berhektar-hektar (hasil kerja kerasnya belajar bertanam strawberry dari kakak-kakak kuliah yang KKN), rumah Mamaknya sudah mulai diperbaiki, mengelola sekolah untuk anak-anak. Tapi... saat satu persatu adiknya menemukan tambatan hati, Laisa tak juga bertemu dengan jodohnya. Nah... bagian ini yang  ditulis sangat jujur dan natural, untuk semua tokoh-tokohnya. Hm.. kenapa Bunda concern di bagian ini, karena Bunda dikelilingi teman-teman yang sudah 'berumur' yang -pastinya atas kehendak ALLAH- belum bertemu jodohnya.

Sssttt... Bunda juga pernah berada di fase ini. he..he.. Dan pernah ada rasa ketidaknyamanan juga berada di fase ini. Tapi ALHAMDULILLAH, pas usia Bunda 27 tahun, doa Bunda dijawab ALLAH dengan menghadirkan seorang Abi yang ganteng, tinggi, gagah eh maksudnya Abi yang sholeh, lembut, perhatian, penyayang, humoris, senang bantu istri dan keluarga istri, generous, ga doyan buku dan baca. brand-minded untuk baju kaos dan celana jeans nya, ngefans manchester united, mantan drummer dengan temen-temen rumahnya, ha..ha.. ada sesuatu bangett deh antara Bunda dan Abi  (LOL)

Lanjoooottt....


Keempat adik Laisa ini, demi mengetahui pengorbanan Laisa yang begitu besarnya untuk mengantarkan mereka pada gerbang kesuksesan, enggan melintas (istilahnya ngelangkahin atau menikah duluan sebelum kakaknya menikah) Laisa. Nah, di sini Tere Liye mampu menggambarkan Laisa yang berimbang. Laisa yang diam-diam suka memandang kebun strawbery, yang berfikir juga tentang jodohnya, Laisa yang rasional yang ga mau mikirin apa yang dipikirin orang mengenai statusnya sebagai 'gadis tua', dan dari ke-rasionalan yang bijak iu kemudian lahir keikhlasan Laisa untuk dilintas oleh keempat adiknya. Ini kalimat yang Bunda suka dari laisa :

Buat  apa  kau memikirkan  apa  yang  dipikirkan  orang  atas  pernikahan  kau.  Buat  apa  kau  memikirkan  apa  yang  dipikirkan  orang  atas  Kakak-mu.  Buat  apa  kau  memikirkan
kekhawatiran,    rasa  cemas,    yang  sejatinya  mungkin  tidak  pernah  ada.  Hanya  perasan-
perasaan. Lihatlah, Kakak baik-baik saja.
Selain itu, di Bab 27, lebih detail lagi mengenai perasaan Laisa tentang kesendiriannya. Tapiiii bukan perasaan melankolis, cengeng, menye-menye lho. Ini perasaan yang hm... rasional, yang nyadar bahwa apapun stuasi Laisa sekarang, dia masih punya banyak hal yang musti disyukuri pada ALLAH. Selengkapnya, silakan baca sendiri yah....

Dalimunte, adiknya, enggan melintas Laisa. Bahkan sampai Cie Hui, wanita pujaan hatinya hendak berangkat ke China untuk dijodohkan oleh kerabat orang tuanya. Akhirnya Dalimunte pun melamar Laisa, last minute saat keluarga Cie Hui memasuki 'belalai pesawat'.

Ikanuri dan Wibisana pun 'terpaksa' melamar gadis pilihan mereka. Ini juga setelah Laisa mengatakan bahwa kalau keduanya ingin melihat Mamaknya -yang waktu itu sedang sakit- bahagia, maka segeralah menikahi gadis pilihan mereka itu.

Nah, untuk Yashinta, pernikahannya menjadi ending cerita pada ending kehidupan Laisa. Silakan dibaca sendiri di bab 44. Bab yang sukses membuat Bunda berlinang air mata.

Lalu, bagaimana dengan ikhtiar menjemput jodoh untuk Laisa?

Bunda seneng waktu ada bagian Laisa 'gagal' bertaaruf sama temannya Dalimunte, duda tanpa anak. Dikisahkan temannya Dalimunte itu adalah seniornya di kampus dulu. Orangnya  shalih, aktif di masjid kampus -please note this!!!-, dan mempunyai pandangan bahwa kriteria wanita pilihan untuk dijadikan istri adalah cantik akhlaknya. Dalimunte girang banget ada pria yang seperti ini. Menurutnya temannya ini cocok dengan Laisa yang salihah. Setelah membaca biodata Laisa dan melihat fotonya, temannya mengiyakan untuk bertemu Laisa. Namuuunnnn.... ketika bertemu, temannya itu menolak taaruf tersebut. Udah gitu, alasan yang dipakai harus pulang mendadak isi ceramah. 2 thumbs up buat tere Liye yang berhasil mengangkat fenomena ini di novelnya. Emang nyebelin. Hipokrit. Katanya mentingin akhlak n keshalihan, tapi mana dunkk... tetep aja cantik. tinggi semampai, kuning langsat bisa meringkik jadi kriteria pertama laki-laki, pun termasuk aktivis masjid kampus.

Di sini Tere Liye menggambarkan Dalimunte yang sebelll dengan temannya itu. Karena 3 kriteria perempuan yang baik menurut Nabi sudah ada pada Laisa : shalih, nasabnya baik, bermateri bagus (punya kebun strawbery 2000 hektar).  Ini ada di bab 29 ya.
"Bukankah  Kak  Laisa  'cantik'  seperti  yang  kau  sebutkan  selama  ini  dalam  ceramah-
ceramahmu. Apalagi  yang kurang!" Dalimunte  sedikit  tersinggung, berkata ketus esok pagi
saat menyuruh salah satu sopir perkebunan mengantar kenalannya tersebut kembali lebih dini
ke kota provinsi.
"Tapi maksudku, setidaknya cantik adalah menarik hati" 
Cuuaaapppeee deyyyy.

Lalu selanjutnya, Tere Liye mengangkat isu poligami. Laisa akan dijadikan istri kedua oleh temannya Dalimunte. Poligami karena disuruh istri pertama yang belum dikaruniai keturunan.Poligami yang 'terpaksa' dilakukan karena ingin menuruti perintah istri pertama, meski sangat berat menjalankannya. Akhirnya temannya itu setuju untuk melanjutkan proses taaruf. Tapiiii... saat yang bersamaan, ada kabar bahwa istri pertamanya hamil muda. Temannya pun mengurungkan niat berpoligami, bahkan walau istri pertamanya tetap menyuruh untuk poligami.

Nah, mungkin ini gambaran poligami yang 'indah' kali yeaa...

Yang terakhir adalah ada orang yang serius melamar Laisa. Semuanya nampak sempurna. Tapi ketahuan bahwa dia adalah buronan yang menikah karena untuk mengeruk harta istrinya.

Itulah yang bisa Bunda re-tell. Sorry, alurnya loncat-loncat dan acak-acak. Walaupun dengan gaya penceritaan alur campuran (ada mundur dan maju), cerita ini ga akan dilepas dari pertama kita membacanya.

Bunda suka dengan cerita ini karena :
1. Banyak lessons yang disampaikan : Taat pada ALLAH, kerja keras dan optimis, bersyukur, sayang keluarga, ringan tangan untuk membantu sesama, empati tinggi pada sesama.
2. Watak yang digambarkan pada tiap tokoh natural. Ada good and bad character.
Note : Bunda kurang suka kalau ada cerita yang tokohnya too good to be true.
3. Latar tempat dan waktunya detail.
4. Ga ada roman cinta menye-menye. he..he..
5. Bertaburan nasihat untuk pembaca tapi tidak mengurui. Terutama pelajaran mengenai syukur atas apa yang sudah dberikan ALLAH untuk kita.
Biasanya, kita seringnya mengeluh apa yang tidak kita unya, instead of mensyukuri apa yang ada pada kita, yang jumlahnya jaaauuuuhhhh lebih banyak.

Yang agak jadi pertanyaan Bunda nih :
1. Bunda belum nangkep latar belakan keempat kakak beradik ini bisa capcus menghentikan semua aktivitas mereka saat telepon dari Mamaknya (baik itu call atau SMS masuk).
Apa karena kabar 'darurat' bahwa Laisa sakit parah, atau memang ini menjadi culture keempat kakak beradik itu kalau ditelepon mamaknya pasti langsung meluncur ke TKP. Kalau menjadi culture keluarga ini, bagaimana cara mendidiknya? Sebab yang Bunda temukan (termasuk Bunda pribadi) terkadang hedonitas atau kesibukan duniawi untuk kepentingan kita pribadi seringnya mendapat posisi prioritas yang lebih tingi?
eh,,, ga penting juga sih pertanyaan Bunda, ga ganggu alur cerita kok. he..he.. Bunda wandering ajah.

2. Waktu Ikanuri dan Wibisana di Itali, lagi ada champions Juventus VS MU, ada umpatan 'sepakbola sialan' dari Ikanuri. Well, is that true or could that be happen? Cowok gitu lho... Di negeri surga bola... Merasakan crowdnya hingar bingar final piala champions?
Ini juga ga penting juga sih pertanyaan Bunda, ga ganggu alur cerita kok. he..he.. Bunda wandering ajah.

3. Endingnya Laisa meninggal karena kanker paru-paru stadium 4. Well, imagine... di area dengan udara bersih, gaya hidup sehat, fisik bergerak aktif, lalu ujug-ujug kena kanker paru-paru. Mungkin kalau dijelaskan ada 'habit' nya Laisa atau ada kondisi lingkungan yang bagaimana yang menyebabkan Laisa sakit kanker paru-paru, mungkin lebih enak kali ya. Emosi kita ga terlalu terguncang.
Hadeouuuhhh plis deyh Bunda.... bisanya comment ajah.
 
Yang kurang Bunda suka. Hm... apa yah... mungkin judulnya kali ya. BBS itu kok rasanya ngawang-ngawang banget, alias a bit fantasy, a bit imajiner getuh. It's too perfect to be presented, walaupun itu bisa ditemukan di sosok Laisa. Cuma... gimana ya??? Apa ini karena Bunda yang kurang imajinatif?

Overall, everyone must read the book. Kueeereen Abis. Standing applause buat Pak Tere Liye.

Ada sesuatu bangettt dengan buku ini.
[LOL tiap menuliskan 'sesuatu banget']

MK C4.

Membaca Novel Bidadari - Bidadari Surga

This is the story :)

Sebelum Membaca

Bunda lagi browsing-browsing tentang novel Indonesia. Lalu ketemu blog ini, dan menyebut beberapa penulis novel Indonesia yang saat ini menjadi perbincangan : Tere Liye, Ahmad Fuadi, Fahd Djibran.

Untuk Ahmad Fuadi, novelnya memang menjadi kandidat must have dan  must read untuk Bunda. ga papa telat, yang penting bakalan punya novel. he..he..

Untuk Fahd Djibran, Bunda baru denger namanya. Tapi kayanya mau baca bukunyajuga.

Untuk Tere Liye, tiap kecimpringan ke toko buku, Bund audah lihat buku-bukunya berjejer. Tapi ga tau kenapa, Bunda ga ignore sama buku Beliau. Nah, berhubung namanya kali ini disebut, Bunda coba browse lebih dalam tentang Beliau.

Selain Bidadari-Bidadari Surga, novel Tere Liye yang ngetop adalah Hafalan Shalat Delisa. Bunda cukup penasaran dengan Bidadari-Bidadari Surga. Tadinya, melihat judulnya, Bunda pikir, novel ini bercerita tentang wanita muslimah yang shalihah, cantik, taat suami, too good to be true lah, lalu karena satu dan lain hal, dia mengorbankan sesuatu yang sesuatu itu menjadi prasyarat masuknya surga.Atau cerita yang so - so gitu deyh.

Tapi ternyata Bunda salah besar!!!

Kemudian, dengan tidak mengurangi rasa hormat, Bunda download ebooknya. -senenggratisan mode on-.

Proses Membaca

Ebooknya terdiri dari 136 halaman. Tulisannya lumayan rapat. Bunda sebenernya bukan tipe pembaca digital. SOmehow, lebih enak baca buku yang berkertas daripada buku digital kaya gini. Tapi, dari awal baca novel ini, perhatian Bunda seakan manteng di sini. Hm... ALHAMDULILLAH juga sih, load kerjaan lagi medium aja.

Sore hari menjelang jam 4 Bunda belum selesai baca. Tadinya Bunda mau pulang sendiri naik kerea, tapi demi pengen lebih tau cerita novel ini, Bunda memutuskan untuk tunggu Abi yang lembur sampai jam 7. Akhirnya menjelang jam 7 malem, Bunda nyampe di halaman 113-an.

Selama membaca novel ini, kadang Bunda tertawa, memuji (ih keren...bener banget...) ada juga sih yang melipat dahi. Tapi dikit ajah.

Tadi pagi, sambil sarapan dan sedikit ngobrol sama temen Bunda, Bunda terusin lagi baca novelnya. ALHAMDULILLAH kelar juga. 

Setelah Membaca

Di halaman 136, tangankiri Bunda ambil tissue. Air mata udah mulai ngembang di mata. Tau-tau setetes, dua tetes, ngacir aja tuh air mata. Bunda diketawain sama temen Bunda, Mba Ambar yang tau dari kemaren Bunda lagi 'khatamin' novel.

Terus ga lama lagi temen Bunda yang namanya Maya dateng, Bunda kasih tau aja... 'May, gue abis nangis nih. Baca novel keren banget. Gue kirim ke lo ya.'

Si Maya bilang... 'Gue sih belom pernah sampe nangis gitu Mba. Kalo film sih iya. coba aja deh.'

Dan langsung sent ke Maya.

Jadi... menurut Bunda pribadi yang (sok) melankolis phlegmatis ini, novel ini adalah kategori must read.

InsyaALLAH Bunda akan posting daleman novelnya di post yang lain.

Monday 12 September 2011

Tantangan Menulis

This is the story :)

Agak klise deh judulnya. Tapi memangitulahkenyataannya. he..he.. Menulis itu sulit. Kesulitannya bukan pada teknik menulis. Bunda ga bilang kalau Bunda sudah menguasai teknik menulis ya. he..he.. Tapi menurut Bunda, teknik menulis bisa dipelajari, dan melalui latihan yang kontinu, pasti semua orang (insyaALLAH termasuk Bunda ya... ) akan bisa menulis yang baik dan benar.

Sesungguhnya setiap orang bisa menulis. Termasuk Bunda. Bisa nulis. Nulis apaaaa saja. Mau itu jelek atau bagus, itu nomor 23 (so yang nomor 1 - 22 nya apa??). Nah, tantangan menulis yang Bunda rasakan adalah :

1. Menanamkan komitmen untuk menyediakan waktu untukmenulis setiap hari, dan konsisten melaksanakannya. Kata Ibu Indari Mastuti dalam sebuah web (sorry, lupa web nya yang mana). Sediakan waktu untuk menulis setiap hari dengan konsisten. Ga perlu berlama-lama, misalkan 10 menit, 1 jam, kalau konsisten dilakukan pasti akan menghasilkan sesuatu yang positif.

2. Mengalahkan mood 'males nulis', apalagi kalau idenya lagi mentok.

Untuk nomor 1 dan 2, sakit akutnya Bunda adalah... kalo nulis, ada ide, harus capcus ditumplekin semuanya. Kalo ngga, rasanya kaya orang laper ditahan gitu deh, ga nyaman. Kalo ditumplekin setengah-setengah, suka dihinggapi penyakit males atau ga mood. Berasa idenya ga se-fresh waktu awal tuh ide muncul. Konsekuensi yang terjadi adalah ... kalo start ngetiknya malem-malem, abis nungguin azka bobo, Bunda suka bablas sampe jam 3 pagi. Nah, besoknya kerja, jadi ga bagus deh efeknya. Ngantuk. EFek lain adalah ... Abi suka ga seneng lihat Bunda manteng depan komputer sampe dini hari gitu. Jadi, solusi terbaik adalah... Bunda musti disiplin nulis setiap hari dengan durasi waktu yang harus dibatasi. it's a must, for the benefits of all.

3. Telaten untuk me-rewrite tulisan yang udah pernah dibuat. Apalagi kalau tulisanitu sudah pernah direview oleh orang lain yang udah pengalaman nulis, untuk dilakukan perbaikan.

4. Merapikan file-file hasil ulisan. Biar ketahuan progress nya.

Jadi, empat hal ini menjadi PR Bunda mulai sekarang. Ayo smangat mulai!
Moga memberikan hasil terbaik. Amien.

Saturday 10 September 2011

Melatih Hati Melihat Status

This is the story :)

Facebook adalah sebuah situs jejaring sosial yang (kayanya nih) dimiliki oleh hampir semua penduduk dunia yang bersentuhan dengan internet. Note : Tapi Bunda kenal lho, ada orang yang ga mau punya facebook. he..he..

Hm.. kalo mengupas facebook dan feature nya akan suangat panjang bahasannya. sedangkan di sini Bunda pengen berbagi hasil pengamatan.

Jadi, Bunda aktif buka facebook waktu pindah ke kantor baru. Di kantor lama, facebook ga bisa diakses, jadinya Bunda ga pernah buka-buka. Bunda bilang ke adik Bunda, males ah main facebook-an. Terus adik Bunda bilang kalau malesnya Bunda itu karena ga bisa ngakses. Kalau bisa ngakses, pasti jadi 'banci facebook' juga.

Dan ternyata... saat di kantor Bunda yang baru kita bisa akses facebook secara bebas, Bunda ga terlalu aktif facebook an, dalam arti suka ganti-ganti status wall, suka upload foto. Ngga, Bunda malas mengerjakannya. Dan menurut Bunda, hal-hal itu adalah privacy di mana ga semua hal yang kita kerjakan atau kita rasakan perlu diketahui orang banyak. Dan Abi pun setipe sama Bunda. Jadi Abi dan Bunda, adalah pemain pasif nya facebook. he..he.. Tapi memang ada feature nya yang kita manfaatkan. Seperti untuk silaturahim ke teman, update info atau berita baru atau unik, dan juga berbagi artikel yang menarik.

Salah satu feature unggulannya facebook adalah kita bisa nulis apapun di wall. Most likely, yang sering Bunda perhatikan status teman-teman adalah ... curhatannya baik itu seneng atau sedih, aktivitasnya lagi ngapain dan perasaan yang menyertainya, serta 'prestasi' atau 'pencapaian bagus' yang ia peroleh. Oh ya, feature lain lagi yang sering diupdate adalah foto.Kalo zaman dulu foto-foto digunakan untuk dokumentasi keluarga dengan cara negatif film nya dicetak, terus disimpan di album untuk suatu hari dikenang atau jadi bahan cerita, kalau sekarang foto-foto itu langsung dipamerkan ke dunia maya tak bertepi (pinjam istilahnya ibu Elly Risman waktu ceramah di kantor Bunda yang lama).

Untuk status, sah-sah saja seseorang mengabarkan dia abis ngapain, mau ngapain. Tapiiiii.... maaf-maaf nih, kadang ada status yang bikin 'jengah'. I mean... maksud Bunda gini... Kadangkala ada fesbuker yang masang status yang berkaitan dengan high llifestyle nya dia. Bunda sempat discuss dengan Abi beberapa contoh konkretnya, menurut Abi itu ujub kalau menurut Bunda itu snob. he..he.. sami mawon, Intinya, kadang ada status yang sifatnya memamerkan apa yang dia lakukan, yang tidak dilakukan orang lain dikarenakan ... keterbatasan untuk mengaksesnya. Hayyahhh pusing. Yah pokoknya gitu deyh. Misal gini :

I'llshop till I drop...
Enaknya abis spa...
otw to ujung dunia for honeymoon..

hm... mungkin Bunda salah juga. Bunda perlu koreksi hati juga sih jangan-jangan Bunda ga demen sama status fesbuker yang gitu karena iri kali yah.. ha..ha.. Ah, ngga juga sih. Karena, misalkan ada 2 fesbuker dengan status yang kurang lebih sama : 'abis spa di bla-bla-bla', Ada fesbuker yang Bunda ignore atau Bunda anggap aktivitas itu biasa untuk dia dan dia hanya mengabarkan keberadaannya; ada fesbuker yang Bunda anggap lebay alias bikin Bunda wandering... maksud loe apa nulis-nulis gitu???  Idiiihhh sirik banget deh nih hati.

Jadi intinya sih, ini nasehat untuk Bunda pribadi :
1. Hati-hati kalau bikin status. Jalankan apa yang sudah Bunda lakukan sekarang. Pasang status untuk berbagi berita, artikel, informasi. Hati-hati kalau mau memberitakan kabar gembira diri kita. Karena kegembiraan untuk kita, belum tentu suatu kegembiraan buat orang lain, malah mungkin mengundang jealousy di dalamnya.
2. Latih atau jaga hati saat baca status. Ga usah lebay saat baca status orang, ga usah diseriusin banget. Toh kadang yang nulis juga kadang iseng, tanpa maksud atau tendency apa-apa.
3. Kaga usah maen fesbuk (ha..ha..) Bisa aja sih, tapi kayanya belom mau. Karena ada beberapa hal yang menguntungkan yang bisa dioptimalkan lewat facebook.

Baiklah, sekian 'ngelemesin' tangan untuk malam ini. Moga tidak ada yang tersinggung dengan apa yang Bunda tulis. Kalaupun ada, Bunda mohon maaf ya... :) ga maksud kok. Ga sesuatu banget deyh. (jiiiaahahhh gayanya artis syapa tuch?

di kamar. setelah abi dan azka bobo.

Friday 9 September 2011

The Power of The Dream

This is the story :)

Alhamdulillah load hari ini ... santai menjuntai (??).
Bunda nulis deh, sambil lihat-lihat review buku klasik Emma nya Jane Austin, Little Woman nya Laousa May Alcott, sambil juga ngerjain laporan LKO postel. ha..ha..

Nyambi juga dengerin Lite FM 105.8. Terus ada lagunya celine dion, the power of the dream. Lalu Bunda cari contekan liriknya... Bagus. Ini liriknya :

Deep within each heart
There lies a magic spark
That lights the fire of our imagination
And since the dawn of man
The strenght of just "I can"
Has brought together people of all nations

There’s nothing ordinary
In the living of each day
There’s a special part
Every one of us will play

Feel the flame forever burn
Teaching lessons we must learn
To bring us closer to the power of the dream
As the world gives us its best
To stand apart from all the rest
It is the power of the dream that brings us here

Your mind will take you far
The rest is just pure heart
You’ll find your fate is all your own creation
Every boy and girl
As they come into this world
They bring the gift of hope and inspiration

Feel the flame forever burn
Teaching lessons we must learn
To bring us closer to the power of the dream
The world unites in hope and peace
We pray that it will always be
It is the power of the dream that brings us here

There’s so much strength in all of us
Every woman child and man
It’s the moment that you think you can’t
You’ll discover that you can

Feel the flame forever burn
Teaching lessons we must learn
To bring us closer to the power of the dream
The world unites in hope and peace
We pray that it will always be
It is the power of the dream that brings us here

Feel the flame forever burn
Teaching lessons we must learn
To bring us closer to the power of the dream
The world unites in hope and peace
We pray that it will always be
It is the power of the dream that brings us here

The power of the dream
The faith in things unseen
The courage to embrace your fear
No matter where you are
To reach for your own star
To realize the power of the dream



mau denger lagunya, coba setel di sini..

Membuat Passion di Pekerjaan atau Mengerjakan apa yang Menjadi Passion?

This is the story :)

bicara passion dan pekerjaan, Bunda akan me-related-kan dengan buku bagus yang ditulis Rene Suhardono yang judulnya Your Job is Not Your Carrier. Bunda belom baca bukunya. Bunda baca sekilas reviewnya. Intinya, carrier itu adalah sesuatu yang kita lakukan yang di dalamnya melibatkan passion kita. (sorry kalo salah, itu penafsiran bebas Bunda. he..he.. insyaALLAH ah gajian mo beli buku ini).

Nah, talking about passion itu, Bunda pengen mengevaluasi passion Bunda. ga tau yah... akhir-akhir ini Bunda kaya baru 'ngeh' kalo bunda punya passion (ga tau besarnya seberapa) pada bidang nulis. Terus, Bunda coba usut-usut dari zaman Bunda kecil dulu. Ternyata.... waktu Bunda kecil, Uti rajin membelikan buku. Uti belikan buku-buku dongen anak seperti rapunzel, cerita nabi dan sahabat, snow white, dan beberapa fabel. Juga Uti membelikan buku semacam ensiklopedi atau buku besar pengetahuan gitu. Selain Uti, Tante nya Bunda, namanya Tante Anik, cukup royal ngejajanin Bunda buku-buku cerita rakyat kaya Ande-Ande Lumut, Tangkuban perahu, dan lain-lain. Bunda baca semuanya. Walaupun, ada yang Bunda mengerti, dan Bunda ga mengerti. Pokoknya Bunda baca.

Beranjak SMP, Bunda suka buku cerita detektif remaja STOP, Lima Sekawan, dan langganan majalah Gadis. he..he.. Di SMP ini juga, Bunda suka pelajaran bahasa Indonesia. Kalau ada tugas mengarang, Bunda suka. Dan Bunda ingat punya teman sebangku yang suka bikin cerita. Namanya Nieka (sekarang dia jadi dokter gigi).

Beranjak SMA, dimana lagi puber-pubernya (taellahhhh penting ga sih???) karena Bunda termasuk orang yang 'introvert' atau tertutup, jadi ga semua hal Bunda ceritakan ke gank atau teman-teman dekat Bunda. Kalo ada hal-hal yang menurut Bunda private, Bunda akan menuliskan ke buku diary. Terus, di SMU ini, Bunda juga surat-suratan sama dua teman SD Bunda. He..he.. Beneran surat ditulis tangan, dikirim pake amplop. Pelajaran bahasa Indonesia juga Bunda masih suka. Tapi rada kalah pamor sama pelajaran fisika... he..he.. seneng banget Bunda kalo pelajaran fisika. Beneran...

Pas kuliah, dunia baca - tulis ini tidak terlalu Bunda hiraukan, udah ribet sama tugas kuliah. Pas udah kerja, (udah ngerasain penghasilan sendiri dunk. he..he.. berasa bebas menggunakan uang yang Bunda miliki), kalau banyak teman membelanjakan uangnya ke baju, sepatu, asesoris, Bunda belanja buku. Uti sampai sebel bukuuuu terus yang dibeli. Oh ya, genre bukunya fiksi. Tapi ga suka yang menye-menye gituh.Bahkan untuk baju kerja, Uti yang membelikan atau menjahitkan, Bunda terima beres, tinggal bayar bajunya ke Uti. Teyusss saat kerja ini juga Bunda berkenalan dengan blog. Seneng banget, nulis apapun pasti terdokumentasi. Blog nya ga pake identitas jelas Bunda. Pake samaran. he..he.. jadi mau nulis gaya apapun, bahkan ulisan yang isinya misu-misu atau bete sama bos atau temen kerja atau patah hati atau fall in love, dengan bebas bisa bunda tuliskan.

Tapi.... sampai saat bertemu blog dan suka nulis itu Bunda belom ngeh kalau Bunda punya 'passion' di bidang nulis. Barulah... akhir-akhir ini unda nyadar akan kehadirannya. jiaaahhh...

SUBHANALLAH ini semua skenario ALLAH yang maha indah. Lewat Liends, Bunda mendapat rejeki. Ceritanya, setahun yang lalu, di bulan Ramadhan 2010, Liends ngajak Bunda bikin komunitas menulis. Lalu dia hunting 'guru'. Dapatlwah waktu itu Mas Taufan E. Prast yang bersedia jadi tutir, dan Bang Muhammad Yulius. Cumaaannn kelemahan Bunda dan Linda adalah di komitmane. Kalau cita-cita udah bertubrukan dengan kesibukan harian kita, udah deyh... mimpi-mimpinya kadang ga digarap. Kemudian, di bulan Juli 2011, Bang Muhammad Yulius nyolek Mba Linda lewat yahoo messanger. Beliau menanyakan progress komunitas menulisnya. SUBHANALLAH... penulis kondang sekaliber beliau, maunyolek kita-kita, yang bahkan sebiji pun hasil nulisnya belom ada yang pernah dikirimin ke media??? whatta surprise.

Dari situ, Liends ngegarap lagi komunitasnya. Bunda diajak lagi, Liends arrange ulang milis danketemuan offline. Subhanallah... beberapa kali Bunda, Liends, dan teman-teman mengirimkan tulisan, semuanya direspon dan diberi masukan oleh Bang Yulius.

Kalau Bunda pribadi, yang sejauh ini Bunda pelajari adalah ... bagaimana menulis yang 'benar'. Ini belom membahas teknik penulisan EYD yang benar, tanda baca, grammar, dll. Belum... belum.. sampai situ. Menulis yang benar yang Beliau ajarkan adalah... awali dengan niat yang baik. Kemudian, kembangkan sebuah ide menjadi tulisan, ga sekedar reportase atau laporan saja.

He..he.. Trully, Selama ini, tulisan Bunda di blog adalah tulis suka-suka Bunda. Boro-boro ngikutin aturan penulisan, content nya aja suka-suka. Mau nyambung, mau ngga, mau isinya ngedumel, mau isinya berandai-andai ga karuan, semuanya Bunda tulis. Yangpenting Bunda fun. Tapi... ALHAMDULILLAH melalui komunitas ini, Bunda belajar bagaimana itu 'menulis' dalam artian sesungguhnya.

Oh ya... balik lagi ke passion and work tadi, kayanya nih, Bunda mulai punya passion dalam bidang nulis ini, Eh.. mudah-mudahan ini bukannya sok passion-passion nya ya... Tapi yang Bunda alami dan rasakan adalah... I'm craving so much time to write, terus kalo malem-malem mau bobo, kalo dibolehin sama Abi, Bunda akan nulis. kadang suka ga berasa, tau-tau udah jam 3 pagi.

Kalau dalam keadaan seperti itu, pas nulisnya sih asik. Tapi besokannya, kepala pusing, gara-gara telat tidur. Ga mungkin kan kerja dalam keadaan pusing? Ga konsen dan mengabaikan kewajiban kantor juga.

Nah, terus bagaimanakah sekarang???

Well, semua yang too good too be true itu hanya ada di surga. Bunda belum bisa (atau belum mau???) juga memilih untuk jadi full time writer dan ninggalin kantor. Sekarang, Bunda lakukan saja dua-duanya : ngantor dan menulis. Apa disambi apa, itu akan ter-defined tergantung situasi kondisi (phlegmatis mode on). Dan seperti judul tulisan ini, Bunda melakukan dua-duanya : membuat passion di pekerjaan dan mengerjakan apa yang menjadi passion.

Ok lah, semoga Bunda bisa handle kerjaan kantor dengan menghadirkan lebih banyak passion (kalo kerjaannya bagian hitung-hitungan, Bunda punya high passion kok. he..he.. numbers told themselve) di kerjaan Bunda, dan konsisten berlatih menulis untuk menyalurkan high passion tadi.

Ngomong-ngomong, definisi passion itu apa yah? ha..ha..

cekidot di sini aja ya...

jumat pagi di kantor taman c3.

Cheer My Mood Up, terima kasih ALLAH.

This is the story :)

Hari ini adalah hari pertama Bunda ngantor lagi setelah sekitar dua pekan cuti lebaran. Tadi malam, bunda berdoa... ya Alah, semoga hari ini Bunda mendapatkan sesuatu yang bisa membuat mood Bunda 'cheer up' lagi.

Sejujurnya tiga hari di rumah tanpa asisten dengan dua anak kreatif (Azka dan Rusyda) dan Uti yang selalu pengen rumahnya rapi jali bikin Bunda stres. Efeknya, Bunda jadi marah-marah ke Azka dan Rusyda. Semua teori parenting dalam manajemen marah ke anak yang pernah Bunda baca seakan hilang ga berbekas (duh, mau nangis nulis bagian ini). Plus, di siang itu Bunda dapet telepon dari manajer Bunda mennayakan suatu dokumen tender. Udah cuti capek, pas masuk kerjaan juga numpuk. Kayanya otak ini makin kusut saja. Malam itu, setelah shalat Isya, Bunda berdoa... Agar jikalau pekerjaan Bunda menumpuk, Bunda mendapat kemudahan. Dan hari ini Bunda mendapatkan sesuatu yang 'berharga' untuk diri Bunda.

Sore ini, di kantor sambil menunggu Abi yang lembur, di selang waktu Bunda 'berlatih' menulis sebuah fiksi, Bunda meng-add seorang teman di facebook. lalu Bunda buka blog nya. Subhanallah... tulisan di blog nya begitu tulus, inspiratif. Sepertinya tidak ada niatan untukblog itu dibuat demi mensukseskan adsense atau rating tertinggi atau untuk ngetop. Pure tulisan yang dibuat dari isi hati. Tuturnya teratur, bahasanya mudah dicerna. Di sini Bunda mendapat 'tamparan', Dua buah tanparan sekaligus. Untuk menyadarkan Bunda mengenai konsistensi berlatih menulis setiap hari dan meluruskan niat menulis. Niat yang tulus, bukan karena ingin masuk majalah / terbit terus dapat royalti terus pulitzer (mimpi dot com. Eh, boleh juga sih cita-cita kaya gini, tapi niat nulisnya musti dilurusin dulu). Niat yang tulus yang Bunda pernah state dalam hati dalam sebuah doa pada ALLAH, yang terinspirasi sahabat Bunda yang namanya Liends, bahwa kita ingin meninggalkan amal baik yang menjadi amal jariyah untuk life ever after nanti. Kalau Liends mungkin pahala amal jariyahnya dari ilmu bermanfaat yang ia sebarkan karena ia guru. Tapi karena Bunda bukan guru, mungkin Bunda bisa mengikutinya dengan cara lain, yaitu tulisan.

Adalah niat itu musti diluruskan selurus-lurusnya agar Bunda tidak menjual 'kesenangan' dalam menulis. Tapi ada message, ada pelajaran, yang membuat pembacanya menjadi (paling tidak) berfikir untuk menjadi lebih baik, atau paling tidak, untuk bisa mensyukuri apa yang sudah ia terima.

Ok, itu untuk niat menulis. Kembali ke blog yang Bunda baca tadi, Di blog tadi, sang penulis banyak bercerita keinginannya untukmemiliki anak. Ia sudah menikah sekitar tiga tahun. Setelah diperiksa, memang ada -hm... takut kalo Bunda bilang ini masalah- sesuatu yang musti di-treatment lebih lanjut. Ya ALLAH... Bunda jadi teringat, tidak hanya dia yangmerindukan punya anak. Dua sahabat Bunda, Liends, dan Hilda, serta teman se-gank Bunda waktu di kampus, Puan, juga belum memiliki momongan. Bunda jadi merasa dipertontonkan kesalahan klasik Bunda yang kerap diulang. Bagaimana mungkin, Bunda yang sudah dikasih seorang Azka yang ALHAMDULILLAH cakep, sehat, dan pintar, kenapa juga pernah ngomel-ngomel karena polahnya Azka? Toh bukankah ia lagi mengeksplorasi lingkungannya. Bahkan mengeksplorasi emosinya. Astaghfirullah Al Azhiim. Eh.. note ya, tapi ngomelnya Bunda insya ALLAH ga membentak lho... cuma menggerutu sendiri -sami mawon Bundssss-.

Tapi untuk soal ngomel mengomel ini, Bunda pernah berdiskusi sama Abi. Sebenarnya Abi dan Bunda adalah orang yang suka membiarkan Azka bereksplorasi. Mau main air sambil bantuin Abi cuci motor, nyemplungin segala macem barang ke kolam, acak-acak creambath terus diolesin ke ubin seperti finger painting, itu pernah Azka lakukan dan Bunda dan Abi membiarkan, karena ingin melihat reaksi Azka. Tapi, itu semua dilakukan di dalam kamar kami. Kalau sudah di luar kamar, dan sudah memasuki wilayah 'public' dari rumahnya Uti... jangan harap bisa bereksplorasi. Uti itu tipe orang yang ingin rmahnya selalu rapi jali. Bunda terbentur pada situasi membiarkan Azka mengacak-acak rumah lalu ditegur Uti karena membiarkan anaknya 'misbehave' atau Bunda melarang Azka untukmelakukan ini-itu. Hm... Idealnya sih, Bunda musti lebih kreatif mengarahkan arah eksplorasinya Azka. Dan idealnya lagiiiii.... Kami musti pindah ke rumah sendiri. ALLAHUMMA AMIEN.

Itu tadi soal pengasuhan Azka. Soal lain lagi yang menjadi 'tamparan' buat Bunda adalah.... trully, Bunda takut hamil lagi. Bukan proses hamil atau melahirkannya yang Bunda takuti. Kalau proses ini, insyaALLAH Bunda yakin everything's gonna be fine, karena ALLAH yang Maha Sempurna sudah mendesign sedemikian rupa tubuh wanita untuk mekanisme hamil, melahirkan, dan menyusui. Selama gaya hidup kita sehat (makan bergizi, tidak merokok, alkohol, olah raga  -he..he.. ini belom jadi gaya hidup Bunda-) semua akan nyaman dilewati. Yang Bunda takutkan adalah sindrom baby blues yang Bunda alami waktu Azka lahir. Bunda khawatir tidak bisa sabar dalam menghadapi Azka dan (insyaALLAH) adiknya nanti. Bunda khawatir psikologis Bunda ga siap.

Nah, mengenai kekhawatiran Bunda bahwa Bunda tidak siap ini, di blog itu penulis mencurahkan isi hatinya. Dia curhat ..


Orang-orang bilang, mungkin belum dipercaya sama Allah. Adakalanya pernyataan itu demikian menyakitkan bagi saya. Seolah-olah saya ini pendosa dan penjahat sekali sehingga Allah tidak percaya sama saya dan suami. Saya mengingat kata-kata itu, “belum dipercaya sama Allah”, pada suatu siang sepulang kuliah, saat M-16 yang saya tumpangi meewati kolong jembatan di bilangan Kalibata.
“Apa iya?” tanya saya dalam hati.
“Bagaimana dengan anak-anak legam yang tinggal di bawah kolong jembatan, yang tidak jelas siapa ayah bundanya? Bagaimana dengan anak-anak kecil yang menjadi kenek bus 62, yang rambutnya bercat pirang dan melinting rokok? Bukankah orangtuanya, jika memang ada ke-orangtua-an bagi mereka, sangat tidak bertanggungjawab dan ‘semestinya’ tidak diberi amanah anak keturunan?”
Jadi, pasti ada jalan yang Allah ingin saya mengikutinya dengan memberi saya ini semua. Jika ini adalah akibat dosa saya di masa lalu dan sekarang, bukankah manusia memang berdosa dan wajib bertaubat pada-Nya. Jika ini adalah ujian, bukankah hidup kita, senang dan susahnya adalah ujian-Nya. Saya tidak ingin meneruskan ‘buruk sangka’ saya pada Allah, karena Allah sebagaimana saya berpikir terhadap-Nya.
Saya dan suami saya, belum memiliki anak selama tiga tahun pernikahan, bukan karena kami belum dipercaya oleh Allah. Tapi karena kami sanggup melewati tiga tahun ini tanpa keturunan, dan ketika kelak kami diberi keturunan artinya kami memang (harus) sanggup untuk menjaga, mendidik, dan memeliharanya dengan baik. Bukan sebaliknya. Sungguh, dengan berpikir demikian, hidup saya lebih ringan. Hati saya lebih tenang. Karena saya percaya, seburuk-buruknya saya sebagai manusia, kasih sayang Allah tidak akan pernah habis. Tiga tahun dan masa-masa penantian yang mungkin akan saya lewati, adalah masa perbaikan diri yang memang harus saya dan suami lakukan, dengan atau tanpa anak. Pasutri lain mungkin di-didik Allah untuk menjadi dewasa dengan langsung memiliki anak sedangkan saya dan suami saya justru di-didik Allah untuk menjadi dewasa dengan masa bulan madu yang panjang.
Membaca tulisan ini, Bunda jadi 'ngeh'. Apapun yang dikasih sama ALLAH, itu  adalah karena Bunda sanggup melewati apapun yang diberikan ALLAH. ALLAH yan kasih ketenangan untuk Bunda dalam usaha mengatasi baby blues, dan ALLAH juga yang memberikan orang-orang yang sayang sama Bunda : Uti, Mba Rini -asisten rumah tangganya Uti waktu itu- Akung, Abi, semua diberikan kepada Bunda untuk mensupport Bunda mengurus Azka. Subhanallah... ALLAH memberikan satu paket lengkap : ujian dan solusinya.

Jadi... sekarang, Bunda belajar untukbisa menyerahkan semua 'skenario' hidup Bunda pada ALLAH. Bukan pasrah tanpa usaha nih maksudnya ... Tapi, saat ini, Bunda punya mimpi, berdoa dan berusaha mewujudkan mimpi tersebut, dan biarkan ALLAH yang menentukan hasilnya. Amien.

Semoga mood Bunda selalu terjada untuk selalu positif. Amien.

ALLAHUMMA INNI AUDZUBIKA MINAL HAMMI wal Hazan
WA A'UDZUBKIKA MINAL AJZI WAL KASAL
WA A'UDZUBIKA MINAL JUBNI WAL BUKHL
WA A'UDZUBIKA MIN GHOLABATIDDAINI WA QOHRIRRIJAAL

kantor taman C3.
Powered By Blogger