Wednesday 23 June 2010

Gadis Cilik Manis

This is the story :)

Kalau Bunda pulang kerja, Bunda kerap bertemu dengan seorang pengamen cilik yang usianya Bunda taksir sekitar 10 tahun. Dia -maaf- tuna wicara. Nyanyi nya pun hanya menggumam. Tapi anak ini manis, kulit sawo matang, dan rambutnya pendek. Ahh... kalau Bunda mengingat sosoknya, air mata ini pasti berlinang.

Bunda ga tega ... tapi Bunda pun belum berbuat apa-apa untuk dia. Ga tega karena di usia yang seharusnya dia bercengkerama dengan orang tua, sekolah, bermain riang dengan anak sebayanya, menikmati makanan bergizi, dia malah 'bertarung' di jalanan. Sungguh... Bunda kalau ga dijemput Abi dan musti naik bus sendiri, pulang sampai rumah rasanya lelahh... sekali. Mungkin ini karena polusi, baik udara ataupun kebisingan yang memapar tubuh Bunda di jalanan. Bagaimana dengan gadis itu, yang -mungkin- sepenuh hari ia habiskan di jalanan.

Kalau udah begini, Bunda jadi terpacu pengen kerja lebih keras, punya duit banyak, dan bisa berbuat untuk gadis itu dan teman-temannya. (Doanya ya.. Mudah-mudahan ALLAH memperkenankan pintu rizki gadis cilik manis itu, lewat siapapun. Mungkin Bunda, Abi, Azka, atau orang lain yang lebih baik). Trus, Bunda juga pernah mengkhayal dan membahas ini barengan Abi. Misalkan kami memiliki keluasan rizki, pengen deh agar gadis itu stay di rumah. Untuk kami sekolahkan, untuk teman bermain Azka. He..he.. semoga, Bunda ingat ya pernah nulis kaya gini. Biasanya karakter manusia, kalo urusannya sama rizki itu, bawaannya kuraaaannn terus. udah dikasih A, minta A'. Dikasih A' minta A'' dst. Jadi yang udah punya A juga ga ngebagi-bagi A nya itu.

Meja Kerja,
jam 1.22
23 Juni 2010

No comments:

Powered By Blogger