Thursday 13 October 2011

Be Wise on Expressing Your Writting

This is the story :)

Pagi tadi emosi Bunda sempat terpancing dengan sebuah kalimat yang bunyinya :

1. Kerja : makin tingi jenjang karier, makin sikut-sikutan.
2. Bisnis = makin tinggi evel bisnis kita, semakin banyak org yang kita bantu untuk ikutan sukses.

Kalimat 2 = Overall agree, idealnya begitu.
Tapi ternyata ... ada juga kok pengusaha / perusahaan sukses yang memberikan gaji ke buruhnya hanya sebesar UMR, tanpa tunjangan kesehatan, tanpa jamsostek, tanpa status yang jelas kecuali kontrak tak berakhir. Contoh konkretnya, adik ipar Bunda yang bekerja di sebuah perusahaan perakitan sparepart vehicle. Dia bekerja dengan gaji UMR, tanpa jamsostek, tanpa kepastian status.

Kalimat 1 =
Bunda bisa terima statement itu apabila yang menulis adalah seseorang yang pernah berada di posisi up management level, dengan intrik2 sikut-sikutannya, dan beberapa kali di industri yang berbeda. Itu make sense. Atau ada hasil survey yang dilakukan AC Nielsen, atau Boston Consulting Group tentang itu.

Tapi kalau yang menulis tidak pernah berada di posisi itu, dan hanya dari 'katanya-katanya' atau cerita satu dua tiga orang, wahh... sangat tidak tepat menuliskan kalimat itu Karena :
1. Kalo Bunda mau lebay, Bunda bisa menyebut itu black campaign terhadap kalangan profesional, seolah mau memen-stig ma negatif kan kalau professional yang ada di up management level ga lepas dari sikut menyikut, entah disikut, atau menyikut. Heyy that's not how professional achieved! Kami atau siapapun bisa mencapai level up management karena (pastinya!) karunia ALLAH, melalui performa kerja yang diupayakan selalu good / excellent, belajar dari kesalahan, dll.
2. Secara implisit, kalimat pertama dibandingkan kalimat kedua mengesankan bahwa profesional di up management tidak bisa bantu orang banyak. ok, mungkin orang ngantor ga bisa bantu orang lain konkret dengan merekrut seseorang bekerja lalu punya gaji melalui dia. Tapi... up management level, jikalau dia mengimplementasikan zuhud (menahan dunia) dia bisa juga tho menjadi filantrop, dia bisa toh bikin panti asuhan atau ngasih modal ke saudaranya yang mau jualan, atau bikin masjid. 

The point is... kalau kita tidak menjalani sesuatu atau membenci sesuatu, ya ga usah ngejelekin yang ga kita suka. Apalagi di forum yang bisa dibaca oleh seluruh dunia, dengan akses tak bertepi. It's a bad manner, it has no ethics.

So... please not to judge something or give a bad opinion about something, unless U've been there and/or done that in many ways; and/or U can figure the accurate and reliable numbers survey about it.

Dan.. ga semua yang kita cap buruk adalah buruk 100 %, atau yangkita dewakan baik adalah baik 100 % tanpa cacat. Kesempurnaan adalah milik ALLAH SWT.

Please... be careful kalau menulis sesuatu ya...
(ini juga auto correction n suggestion buat Bunda yang ga boleh emosi kalo mau comment terhadap sesuatu).

Baiklah, mungkin itu sedikit renungan sore ini. Moga kita semua bisa jauuuuhhhh lebih wise mengontrol emosi, mengekspresikan diri, dan menjaga perasaan orang lain.

MK C3 - C4.

No comments:

Powered By Blogger