Friday 9 September 2011

Cheer My Mood Up, terima kasih ALLAH.

This is the story :)

Hari ini adalah hari pertama Bunda ngantor lagi setelah sekitar dua pekan cuti lebaran. Tadi malam, bunda berdoa... ya Alah, semoga hari ini Bunda mendapatkan sesuatu yang bisa membuat mood Bunda 'cheer up' lagi.

Sejujurnya tiga hari di rumah tanpa asisten dengan dua anak kreatif (Azka dan Rusyda) dan Uti yang selalu pengen rumahnya rapi jali bikin Bunda stres. Efeknya, Bunda jadi marah-marah ke Azka dan Rusyda. Semua teori parenting dalam manajemen marah ke anak yang pernah Bunda baca seakan hilang ga berbekas (duh, mau nangis nulis bagian ini). Plus, di siang itu Bunda dapet telepon dari manajer Bunda mennayakan suatu dokumen tender. Udah cuti capek, pas masuk kerjaan juga numpuk. Kayanya otak ini makin kusut saja. Malam itu, setelah shalat Isya, Bunda berdoa... Agar jikalau pekerjaan Bunda menumpuk, Bunda mendapat kemudahan. Dan hari ini Bunda mendapatkan sesuatu yang 'berharga' untuk diri Bunda.

Sore ini, di kantor sambil menunggu Abi yang lembur, di selang waktu Bunda 'berlatih' menulis sebuah fiksi, Bunda meng-add seorang teman di facebook. lalu Bunda buka blog nya. Subhanallah... tulisan di blog nya begitu tulus, inspiratif. Sepertinya tidak ada niatan untukblog itu dibuat demi mensukseskan adsense atau rating tertinggi atau untuk ngetop. Pure tulisan yang dibuat dari isi hati. Tuturnya teratur, bahasanya mudah dicerna. Di sini Bunda mendapat 'tamparan', Dua buah tanparan sekaligus. Untuk menyadarkan Bunda mengenai konsistensi berlatih menulis setiap hari dan meluruskan niat menulis. Niat yang tulus, bukan karena ingin masuk majalah / terbit terus dapat royalti terus pulitzer (mimpi dot com. Eh, boleh juga sih cita-cita kaya gini, tapi niat nulisnya musti dilurusin dulu). Niat yang tulus yang Bunda pernah state dalam hati dalam sebuah doa pada ALLAH, yang terinspirasi sahabat Bunda yang namanya Liends, bahwa kita ingin meninggalkan amal baik yang menjadi amal jariyah untuk life ever after nanti. Kalau Liends mungkin pahala amal jariyahnya dari ilmu bermanfaat yang ia sebarkan karena ia guru. Tapi karena Bunda bukan guru, mungkin Bunda bisa mengikutinya dengan cara lain, yaitu tulisan.

Adalah niat itu musti diluruskan selurus-lurusnya agar Bunda tidak menjual 'kesenangan' dalam menulis. Tapi ada message, ada pelajaran, yang membuat pembacanya menjadi (paling tidak) berfikir untuk menjadi lebih baik, atau paling tidak, untuk bisa mensyukuri apa yang sudah ia terima.

Ok, itu untuk niat menulis. Kembali ke blog yang Bunda baca tadi, Di blog tadi, sang penulis banyak bercerita keinginannya untukmemiliki anak. Ia sudah menikah sekitar tiga tahun. Setelah diperiksa, memang ada -hm... takut kalo Bunda bilang ini masalah- sesuatu yang musti di-treatment lebih lanjut. Ya ALLAH... Bunda jadi teringat, tidak hanya dia yangmerindukan punya anak. Dua sahabat Bunda, Liends, dan Hilda, serta teman se-gank Bunda waktu di kampus, Puan, juga belum memiliki momongan. Bunda jadi merasa dipertontonkan kesalahan klasik Bunda yang kerap diulang. Bagaimana mungkin, Bunda yang sudah dikasih seorang Azka yang ALHAMDULILLAH cakep, sehat, dan pintar, kenapa juga pernah ngomel-ngomel karena polahnya Azka? Toh bukankah ia lagi mengeksplorasi lingkungannya. Bahkan mengeksplorasi emosinya. Astaghfirullah Al Azhiim. Eh.. note ya, tapi ngomelnya Bunda insya ALLAH ga membentak lho... cuma menggerutu sendiri -sami mawon Bundssss-.

Tapi untuk soal ngomel mengomel ini, Bunda pernah berdiskusi sama Abi. Sebenarnya Abi dan Bunda adalah orang yang suka membiarkan Azka bereksplorasi. Mau main air sambil bantuin Abi cuci motor, nyemplungin segala macem barang ke kolam, acak-acak creambath terus diolesin ke ubin seperti finger painting, itu pernah Azka lakukan dan Bunda dan Abi membiarkan, karena ingin melihat reaksi Azka. Tapi, itu semua dilakukan di dalam kamar kami. Kalau sudah di luar kamar, dan sudah memasuki wilayah 'public' dari rumahnya Uti... jangan harap bisa bereksplorasi. Uti itu tipe orang yang ingin rmahnya selalu rapi jali. Bunda terbentur pada situasi membiarkan Azka mengacak-acak rumah lalu ditegur Uti karena membiarkan anaknya 'misbehave' atau Bunda melarang Azka untukmelakukan ini-itu. Hm... Idealnya sih, Bunda musti lebih kreatif mengarahkan arah eksplorasinya Azka. Dan idealnya lagiiiii.... Kami musti pindah ke rumah sendiri. ALLAHUMMA AMIEN.

Itu tadi soal pengasuhan Azka. Soal lain lagi yang menjadi 'tamparan' buat Bunda adalah.... trully, Bunda takut hamil lagi. Bukan proses hamil atau melahirkannya yang Bunda takuti. Kalau proses ini, insyaALLAH Bunda yakin everything's gonna be fine, karena ALLAH yang Maha Sempurna sudah mendesign sedemikian rupa tubuh wanita untuk mekanisme hamil, melahirkan, dan menyusui. Selama gaya hidup kita sehat (makan bergizi, tidak merokok, alkohol, olah raga  -he..he.. ini belom jadi gaya hidup Bunda-) semua akan nyaman dilewati. Yang Bunda takutkan adalah sindrom baby blues yang Bunda alami waktu Azka lahir. Bunda khawatir tidak bisa sabar dalam menghadapi Azka dan (insyaALLAH) adiknya nanti. Bunda khawatir psikologis Bunda ga siap.

Nah, mengenai kekhawatiran Bunda bahwa Bunda tidak siap ini, di blog itu penulis mencurahkan isi hatinya. Dia curhat ..


Orang-orang bilang, mungkin belum dipercaya sama Allah. Adakalanya pernyataan itu demikian menyakitkan bagi saya. Seolah-olah saya ini pendosa dan penjahat sekali sehingga Allah tidak percaya sama saya dan suami. Saya mengingat kata-kata itu, “belum dipercaya sama Allah”, pada suatu siang sepulang kuliah, saat M-16 yang saya tumpangi meewati kolong jembatan di bilangan Kalibata.
“Apa iya?” tanya saya dalam hati.
“Bagaimana dengan anak-anak legam yang tinggal di bawah kolong jembatan, yang tidak jelas siapa ayah bundanya? Bagaimana dengan anak-anak kecil yang menjadi kenek bus 62, yang rambutnya bercat pirang dan melinting rokok? Bukankah orangtuanya, jika memang ada ke-orangtua-an bagi mereka, sangat tidak bertanggungjawab dan ‘semestinya’ tidak diberi amanah anak keturunan?”
Jadi, pasti ada jalan yang Allah ingin saya mengikutinya dengan memberi saya ini semua. Jika ini adalah akibat dosa saya di masa lalu dan sekarang, bukankah manusia memang berdosa dan wajib bertaubat pada-Nya. Jika ini adalah ujian, bukankah hidup kita, senang dan susahnya adalah ujian-Nya. Saya tidak ingin meneruskan ‘buruk sangka’ saya pada Allah, karena Allah sebagaimana saya berpikir terhadap-Nya.
Saya dan suami saya, belum memiliki anak selama tiga tahun pernikahan, bukan karena kami belum dipercaya oleh Allah. Tapi karena kami sanggup melewati tiga tahun ini tanpa keturunan, dan ketika kelak kami diberi keturunan artinya kami memang (harus) sanggup untuk menjaga, mendidik, dan memeliharanya dengan baik. Bukan sebaliknya. Sungguh, dengan berpikir demikian, hidup saya lebih ringan. Hati saya lebih tenang. Karena saya percaya, seburuk-buruknya saya sebagai manusia, kasih sayang Allah tidak akan pernah habis. Tiga tahun dan masa-masa penantian yang mungkin akan saya lewati, adalah masa perbaikan diri yang memang harus saya dan suami lakukan, dengan atau tanpa anak. Pasutri lain mungkin di-didik Allah untuk menjadi dewasa dengan langsung memiliki anak sedangkan saya dan suami saya justru di-didik Allah untuk menjadi dewasa dengan masa bulan madu yang panjang.
Membaca tulisan ini, Bunda jadi 'ngeh'. Apapun yang dikasih sama ALLAH, itu  adalah karena Bunda sanggup melewati apapun yang diberikan ALLAH. ALLAH yan kasih ketenangan untuk Bunda dalam usaha mengatasi baby blues, dan ALLAH juga yang memberikan orang-orang yang sayang sama Bunda : Uti, Mba Rini -asisten rumah tangganya Uti waktu itu- Akung, Abi, semua diberikan kepada Bunda untuk mensupport Bunda mengurus Azka. Subhanallah... ALLAH memberikan satu paket lengkap : ujian dan solusinya.

Jadi... sekarang, Bunda belajar untukbisa menyerahkan semua 'skenario' hidup Bunda pada ALLAH. Bukan pasrah tanpa usaha nih maksudnya ... Tapi, saat ini, Bunda punya mimpi, berdoa dan berusaha mewujudkan mimpi tersebut, dan biarkan ALLAH yang menentukan hasilnya. Amien.

Semoga mood Bunda selalu terjada untuk selalu positif. Amien.

ALLAHUMMA INNI AUDZUBIKA MINAL HAMMI wal Hazan
WA A'UDZUBKIKA MINAL AJZI WAL KASAL
WA A'UDZUBIKA MINAL JUBNI WAL BUKHL
WA A'UDZUBIKA MIN GHOLABATIDDAINI WA QOHRIRRIJAAL

kantor taman C3.

1 comment:

kunjungi aku said...

syukron jazakumullah khoirn katsiro..

Powered By Blogger