Wednesday 3 June 2015

Empati dari Ban Sepeda

This is the story :)

Siang itu, saat Bunda menyusui Alisha sambil 'ngelonin' agar ia tidur, Azka yang pulang dari shalat dzuhur di masjid masuk ke kamar dengan mata basah dengan air mata dan suara tersedu-sedu.Langsung Bunda kaget dan bangun menghampiri dan memeluk Azka. Bunda memberondong Azka dengan beragam pertanyaan, yang idealnya sih harusnya tidak begitu. Namun, Azka sampai nangis, Bunda merasa ada masalah yang cukup serius.

"Azka kenapa?"
"Berantem?"  Azka menggeleng.
"Kepalanya kena timpukan botol minuman?" Azka menggeleng.
"Azka dimarahin orang masjid lagi karena lari-lari?" Azka menggeleng.
"Azka jatuh?" Azka menggeleng.

Pfiuuh... agak lega juga sih, Alhamdulillah, hal-hal yang 'biasanya' membuat Azka menangis tidak terjadi.

"Ya udah, sini sini.. Bunda peluk. Azka tenang dulu ya."

Azka pun berpelukan ke Bunda, dengan suara yang masih tersedu-sedu.

"Pokoknya aku ga mau naik sepeda lagi!" Akhirnya Azka membuka mulut menceritakan penyebab ia menangis.

"Lho, emang kenapa? Azka kan suka main sepeda?"

"Sebel, ban nya kempes melulu."

Aha! ternyata ini toh penyebabnya.  Ban sepeda yang bolak balik kempes memang kerapkali mengesalkan.

kami menyadari hal ini, memang sepeda buatan negeri lihai menghasilkan barang-barang tiruan itu kerap menghadihkan masalah untuk Azka. Entah rantainya lepas, entah rem nya keras, kali ini ban sepedanya, yang selain sudah kempes juga sudah botak.

"Oh gitu, ya udah, in sya Allah kalo kita libur kita ganti ban aja ya. Sementara ini kita pompa dulu ya."

Dan Alhamdulillah marah pun mereda.

Hm... sekali lagi, empati kami sebagai orang tua diasah. Mungkin untuk kami yang orang dewasa, ban sepeda kempes, solusinya mudah. Pompa, atau sekalian ganti ban. Tapi untuk Azka, yang mungkin emosinya masih labil, dan hanya melihat suatu masalah dari satu sudut pandang, ban sepeda kempes nampak seperti 'kiamat sughra'. He..he.. maaf jikalau pemilihan frasenya agak lebay. Tap i jikalau kita mengikuti alur berfikirnya Azka, maka ban sepeda kempes artinya 'genjotan' sepedanya akan eras, lalu dia tidak bisa ngebut, dan tertinggal di belakang dari teman-temannya. Dan untuk anak yang sedang belajar bersosialisasi yang baik dan benar, menjadi berbeda di antara kawan-kawannya adalah hal yang tidak menyenangkan. Dan dalam kondisi ini, apalagi yang dibutuhkan anak selain support untuk membesarkan hati dan solusi dari orang tua? Tapi tetap saja sih, di akhir pembicaraan, Bunda menjelaskan ke Azka lagi, bahwa jika ada sesuatu dengan sepedanya, Azka tidak perlu nangis begitu. Azka cukup  bilang saja baik-baik dengan Bunda atau Abi, in sya Allah kita selesaikan masalahnya.

Ok, baiklah Azka, In sya Allah persoalan ban sepeda ini akan kita tuntaskan sebaik mungkin, supaya Azka bisa asyik lagi bermain sepeda.

#NulisRandom2015 #Day3

No comments:

Powered By Blogger