Thursday 11 June 2015

Kenapa Ga Saling Belajar?

This is the story :)

Tulisan siang ini Bunda buat dalam keadaan hati agak meradang, cieeh,,, he..he..

Sebelum ke inti tulisan, Bunda self correction dulu yah. Siapa suruh lihat status di sosmed, dan kenapa juga dimasukin ke hati tulisan orang? Well, karena udah kadung, lanjut tulis aja deyh, secara kemudian hasil jalan-jalan di sosmed memberikan ide untuk nulis.

Jadi begini, di sebuah status sesorang, dia menuliskan yang intinya bertanya, bagaimana jika tidak menghadiri ulang tahun anak tetangganya, karena ia meyakini bahwa ulang tahunadalah sesuatu yang syubhat. Di akhir status nya dia menuliskan yang intinya begini  : Ibu si anak adalah wanita karier pergi setelah subuh dan pulang malam. Anak-anakl sehari-hari dengan pengasuhnya. Entah ya, baca begini hati Bunda langsung meradang.

Mengapa informasi itu ditambahkan di topik yang asalnya adalah status mempertanyakan bagaimana jika tidak menghadiri ulang tahun?
Yang Bunda rasakan, statement tadi implisitly kok menyatakan 'keburukan' si Ibu. Maaf jikalau Bunda suudzon. 
Ada apa dengan Ibunya yang wanita karier? Dosakah?
Ko tau pergi setelah subuh dan pulang malam, berarti suka kepo juga dong urusan rumah tangga orang.

Pernah ga berfikir, bahwa si Ibu musti bekerja karenaada biaya-biaya yang harus ia cukupi di luar penghasilan suaminya? Mungkin si Ibu memiliki dream besar agar anak-anaknya bisa bersekolah di sekolah bagus, dan lain-lain? Atau mungkin si Ibu tipikal orang yang kalo ga ngantor bisa 'rungsing' sendiri sehingga mengakibatkan ia menjadi ibu yang pemarah ke anak-anak? Aduh,,, Bunda ngutip bagian akhir ini nih, dari suatu tulisan di kompasiana, tapi lupaaaa... kebiasaan buruk.

Nas, si penulis status itu, ya Alhamdulillah dia bisa jadi ibu rumah tangga yang full urus anak. Tapi mbok ya hargai dong para Ibu bekerja.

Mommies war kaya begini sering banget deh terbaca di medsos. Daripada saling meremehkan status ibu lain atau saling membanggakan status diri sendiri, kenapa sih ga saling meng-empower satu sama lain? Ibu bekerja bisa belajar dari  ibu di rumah karena 'endurance'nya dan kesabarannya menjalani hal yang sama setiap hari di rumah, dan mungkin bisa belajar bagaimana tips dan trik kreasi masakan, beberes rumah, dan lain-lain. Ibu di rumah juga mungkin bisa menghargai 'fight' nya Ibu bekerja yang harus menembus perjalanan Jakarta yang tidak nyaman, atau mungkin juga bisa 'mengintip' bagaimana trik nya Ibu bekerja agar tetap bisa konsentrasi di pekerjaan saat anak di rumah sakit.

Semua kan plus minus yah,,, Bunda dan Tante Arie juga produk Ibu bekerja. Apa Bunda harus menyalahkan Uti yang ga di rumah? Aihh... dosa sekali Bunda, karena Bunda tau Uti bekerja untuk support Akung sehingga Alhamdulillah Bunda dan Tante Arie bisa sekolah, kursus bahasa Inggris, les mengaji dengan nyaman. Dan Alhamdulillah Bunda dan Tante Arie bisa menikmati perjuangan Uti dulu, dengan Bunda bisa mengaji, senang mengembangkan hobi Bunda menulis, membaca fiksi bahasa inggris, dan lain-lain.

So, instead of we disfigure to each other, why don't we learn from each other to be a great Mom for our kids. In sya Allah, Amiin.

#NulisRandom2015 #Day11

No comments:

Powered By Blogger